Selasa, 15 Oktober 2013

ALINEA ATAU PARAGRAF



ALINEA ATAU PARAGRAF
(Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Bahasa Indonesia)
Dosen : Tri Budiarta, SS., MM.


Disusun Oleh: Kelompok 4
Ayip Nugraha
Dedi Iskandar
Riki Yunus
Kelas : 1DC03

Teknik Komputer
Universitas Gunadarma 2013


KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmaanirrahiim,
Assalamu’alaikum Wr.Wb.
Puji dan syukur marilah kita panjatkan kehadirat Illahi rabbi yang mana berkat rahmat dan hidayah-Nya penyusun dapat menyelesaikan tugas makalah ini yang diajukan pada mata kuliah “Bahasa Indonesia” dengan judul “Alinea Atau Paragraf”.
 Shalawat beserta salam marilah kita curahkan selalu kepada baginda alam yakni nabi Muhammad saw. Kepada keluarganya, sahabatnya, dan kita semua selaku umatnya.
Makalah ini adalah sebuah karya yang kami susun berkat kerja sama dan bantuan dari pihak-pihak yang terkait. Maka dari itu kami mengucapkan banyak terimakasih pada semua pihak yang ikut berperan aktif dalam terwujudnya makalah ini.
Makalah yang kami susun ini bukanlah sesuatu yang sempurna, akan tetapi makalah ini terlahir dari kerja keras kami. Dalam penyusunan makalah ini tentunya masih banyak kekurangan-kekurangan yang harus di perbaharui. Maka dari itu, kami mengharapkan kepada para pembaca untuk memberikan kritik dan saran yang bersifat membangun supaya dalam pembuatan makalah yang selanjutnya bisa menjadi lebih baik lagi.
Terimakasih.
Billahitaufiq wal hidayah
Wassalammu’alaikum Wr.Wb.


Depok, 26 September 2013,


Penyusun







Daftar Isi
Kata pengantar ................................................................................................................    1
Daftar Isi ........................................................................................................................    2
BAB I : PENDAHULUAN ..............................................................................................    3
A.     Latar Belakang ...........................................................................................    3
B.     Rumusan Masalah ......................................................................................    4
C.     Tujuan Penulisan ........................................................................................    4
BAB II : PEMBAHASAN ...............................................................................................    5
A.     Pengertian Alinea .......................................................................................    5
B.     Fungsi Alinea .............................................................................................    5
C.     Unsur-Unsur Alinea ...................................................................................    6
1.    Transisi .................................................................................................    6
2.    Kalimat Topik ......................................................................................    8
3.    Kalimat Pendukung ..............................................................................    8
4.    Kalimat Penegas ...................................................................................    9
D.     Syarat-Syarat Alinea ...................................................................................  10
1.      Kesatuan Paragraf ................................................................................  10
2.      Kepaduan Paragraf ...............................................................................  10
E.      Jenis-Jenis Alinea .......................................................................................  10
1.      Jenis Paragraf Menurut Posisi Kalimat Topiknya ..................................  10
a.       Paragraf Deduktif ...........................................................................  10
b.      Paragraf Induktif ............................................................................  11
c.       Paragraf Deduktif-Induktif.............................................................. 11
2.      Jenis Paragraf Menurut Sifat Isinya ......................................................  11
a.       Paragraf Persuasif ...........................................................................  11
b.      Paragraf Argumentasi .....................................................................  11
c.       Paragraf Naratif ..............................................................................  11
d.      Paragraf Deskrtiptif ........................................................................  12
e.       Paragraf Eksposisi ..........................................................................  12
3.      Jenis Paragraf Menurut Fungsinya Dalam Karangan .............................  12
a.       Paragraf Pembuka ..........................................................................  12
b.      Paragraf Pengembang .....................................................................  12
c.       Paragraf Penutup ............................................................................  13
F.      Pengembangan Alinea ................................................................................  13
1.      Metode Definisi ....................................................................................  13
2.      Metode Proses ......................................................................................  13
3.      Metode Contoh .....................................................................................  14
4.      Metode Sebab-Akibat ...........................................................................  14
5.      Metode Umun-Khusus .........................................................................  14
6.      Metode Klasifikasi ...............................................................................  14
BAB III : PENUTUP .......................................................................................................  15
A.     KESIMPULAN ...........................................................................................  15
B.     SARAN ......................................................................................................  16
Daftar Pustaka ................................................................................................................  17


BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Berbicara mengenai karangan, baik yang berupa karangan pendek maupun panjang, kita harus berbicara mengenai beberapa hal di sekitar karangan tersebut. Pertama adalah topik yang menjadi isi karangan. Kedua adalah struktur pengorganisasian karangan. Kemudian, menyusul pengisian struktur karangan (bab, subbab, dan alinea). Berikutnya, muncul masalah bahasa, seperti penggunaan kata, kelompok kata, frase, dan klausa serta seluk-beluk pembentukan dan penyusunan kalimat.
Inti pembicaraan tulisan ini hanyalah sekelumit dari sekian masalah di sekitar karangan, yaitu pengembangan alinea dengan segala aspek-aspeknya. Misalnya, pengertian serta fungsi alinea, struktur dan jenis-jenis alinea, kriteria alinea yang baik serta beberapa cara pengembangan alinea.
Kita sering mendengar istilah paragraf atau alinea. Istilah tersebut sering digunakan, baik dalam percakapan maupun dalam kegiatan-kegiatan pertemuan dalam rapat, diskusi, atau seminar. Mereka yang sering menulis, baik surat, kertas kerja, pelaporan, atau skripsi pasti menggunakan alinea dalam tulisannya. Apabila ditanyakan definisi dari alinea maka akan bervariasi jawabannya.
Bila kita dihadapkan pada suatu karangan tanpa adanya ciri-ciri pengelompokkan ide, alangkah susahnya kita memahami gagasan yang diungkapkan dalam karangan itu. Kita terpaksa membaca karangan tersebut secara berulang-ulang untuk mendapatkan pemahaman yang baik tentang isi karangan itu. Pengungkapan gagasan dengan cara ini secara ilmiah bertentangan dengan kodrat. Jika kita ingin mengungkapkan suatu gagasan, biasanya gagasan tersebut diungkapkan satu per satu atau bagian per bagian.
Bila kita berpikir, kita berpikir dalam kelompok-kelompok ide, tidak dalam ide tunggal atau terpisah-pisah. Akan tetapi, bila kita tulis pikiran-pikiran tersebut, kita hanya menulis satu ide pada satu waktu. Ide berikutnya ditulis pada waktu berikutnya secara berturut-turut.
Bila kita membuat alinea, kita menuliskan sekelompok ide yang terdiri atas ide pokok dan ide bawahan yang merupakan penjelasan tentang ide pokok. Di samping ide pokok ini, terdapat ide pokok lainnya yang masih berkaitan dengan ide pokok pertama. Kedua ide pokok ini merupakan bagian kelompok ide yang lebih besar. Oleh sebab itu, ide pokok yang kedua ini diungkapkan dalam alinea berikutnya yang disertai pula dengan ide pokok bawahan yang berupa penjelasan terhadap ide pokok kedua tadi. Demikianlah seterusnya sehingga kita dapat membuat sebuah karangan yang terdiri atas beberapa alinea yang mengandung kelompok-kelompok ide yang saling berkaitan.


B.     Rumusan Masalah
1.      Apakah definisi alinea?
2.      Apakah fungsi alinea?
3.      Apa sajakah unsur-unsur alinea?
4.      Apa sajakah syarat-syarat dalam menyusun sebuah alinea?
5.      Apa saja jenis-jenis alinea?
6.      Seperti apa metode pengembangan alinea?
7.      Bagaimana menyusun alinea yang baik?

C.    Tujuan Penulisan
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, tujuan dari penulisan makalah ini yaitu:
1.   Untuk mengetahui pengertian dari alinea, fungsi-fungsi alinea, unsur-unsur alinea, syarat-syarat alinea, jenis-jenis alinea, serta metode pengembangan alinea.
2.   Supaya dengan pembuatan makalah yang berjudul “Menyusun Alinea” ini, penulis atau pembaca makalah ini bisa menyusun alinea dengan baik dan benar.
3.   Sebagai bahan presentasi diskusi.


















BAB II
PEMBAHASAN

A.    PENGERTIAN ALINEA ATAU PARAGRAF
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi ke-3, dari terbitan Departemen Pendidikan Nasional tertera penjelasan bahwa alinea adalah bagian wacana yang mengungkapkan suatu pikiran yang lengkap atau satu tema yang dalam ragam tulis ditandai oleh baris pertama yang menjorok kedalam atau jarak spasi yang lebih. Dalam kamus tersebut alinea diartikan pula sebagai paragraf.
Bila ditelaah pengertian alinea, seperti yang tercantum dalam sumber tersebut, dapat ditarik simpulan. Simpulannya adalah alinea berisi “sesuatu” dan penulisan alinea selalu dimulai dengan baris yang baru yang dimajukan atau indentation.
Menurut pengamatan penulis, ada beberapa ciri atau karakteristik alinea antara lain sebagai berikut.
a.       Setiap alinea mengandung makna, pesan, pikiran, atau ide pokok yang relevan dengan ide pokok keseluruhan karangan.
b.      Alinea umumnya dibangun oleh sejumlah kalimat.
c.       Alinea adalah satu kesatuan ekspresi pikiran.
d.      Alinea adalah kesatuan yang koheren dan padat.
e.       Kalimat-kalimat alinea tersusun secara logis-sistematis.
Berdasarkan penganalisaan atas beberapa sumber yang memberikan keterangan tentang alinea serta dilengkapi atau dipadukan dengan hasil pengamatan penulis terhadap karakteristik alinea, sampailah penulis pada suatu simpulan bahwa definisi alinea sebagai berikut: “Alinea adalah seperangkat kalimat yang tersusun logis-sistematis yang merupakan satu kesatuan ekspresi pikiran yng relevan dan mendukung pikiran pokok yang tersirat dalam keseluruhan karangan.”
Paragraf atau alinea biasanya dibuat pada baris baru dengan 5 spasi, sehingga tulisannya terlihat menjorok ke dalam. Dalam upaya menghimpun beberapa kalimat menjadi paragraf, yang perlu diperhatikan adalah kesatuan dan kepaduan. Kesatuan berarti seluruh kalimat dalam paragraf membicarakan satu gagasan (gagasan tunggal). Sedangkan kepaduan berarti seluruh kalimat dalam paragraf itu kompak, saling berkaitan mendukung gagasan tunggal paragraf.

B.     FUNGSI ALINEA ATAU PARAGRAF
1.    Sebagai penampung dari sebagian kecil jalan pikiran atau ide pokok keseluruhan karangan.
2.    Memudahkan pengertian dan pemahaman terhadap satu tema dan ide pokok pengarang.
3.    Memisahkan dan menegaskan perhentian secara wajar dan normal.
4.    Untuk menandai pembukaan topik baru, atau mengembangkan lebih lanjut dari topik sebelumnya.
5.    Untuk menambah hal-hal yang penting atau untuk merinci apa yang sudah diutarakan dalam paragraf yang sebelumnya.
6.    Alat bagi pengarang untuk mengembangkan jalan pikiran secara sistematis.
7.    Pedoman bagi pembaca untuk mengikuti dan memahami alur pikiran pengarang.
8.    Sebagai penyampai pikiran atau ide pokok pengarang kepada pembaca.
9.     Dalam rangka keseluruhan karangan, alinea dapat berfungsi sebagai pengantar, transisi, dan penutup (konklusi).

C.    UNSUR-UNSUR ALINEA ATAU PARAGRAF
Alinea adalah satu kesatuan ekspresi yang terdiri atas seperangkat kalimat yang dipergunakan oleh pengarang sebagai alat untuk menyatakan dan menyampaikan jalan pikirannya kepada para pembaca. Supaya pikiran tersebut dapat diterima oleh pembaca, alinea harus tersusun secara logis-sistematis. Alat bantu untuk menciptakan susunan logis-sistematis itu adalah unsur-unsur penyusun alinea, seperti transisi (transition), kalimat topik (topic sentence), kalimat pengembang (development sentence), dan kalimat penegas (punch-line).
Keempat unsur penyusun alinea tersebut, terkadang muncul secara bersamaan, terkadang pula hanya sebagian yang muncul dalam sebuah alinea.
1.    Alinea yang Memiliki Empat Unsur
a.       Transisi (berupa kata, kelompok kata, atau kalimat)
b.      Kalimat Topik
c.       Kalimat Pengembang
d.      Kalimat Penegas
2.    Alinea yang Memiliki Tiga Unsur
a.       Transisi (Berupa kata, kelompok kata, atau kalimat)
b.      Kalimat Topik
c.       Kalimat Prngembang
3.    Alinea yang Memiliki Dua Unsur
a.       Kalimat Topik
b.      Kalimat Pengembang

a.      Transisi
Transisi adalah mata rantai penghubung antar alinea. Transisi berfungsi sebagai penghubung jalan pikiran dua alinea yang berdekatan. Kata-kata tradisional merupakan petunjuk bagi pembaca ke arah mana ia sedang bergerak atau mengingatkan pembaca apakah suatu alinea baru bergerak searah dengan ide pokok sebelumnya. Oleh karena itu, beberapa orang sering mengatakan bahwa transisi berfungsi sebagai penunjang koherensi dan kesatuan antar bab, antar subbab, dan antar alinea dalam suatu karangan.
Transisi tidak harus selalu ada dalam setiap alinea. Kehadiran transisi dalam alinea bergantung pada pertimbangan pengarang. Bila pengarang merasa perlu ada transisi demi kejelasan informasi, transisi wajar ada. Sebaliknya, bila pengarang bisa mengekspresikan ide pokoknya dengan jernih tanpa transisi, transisi tidak perlu hadir dalam alinea tersebut.
Transisi tidak hanya terdapat pada alinea, tetapi terdapat juga dalam kalimat, antar alinea, antar subbab, dan antar bab. Bila transisi terdapat antar subbab, transisi berfungsi menghubungkan ide pokok dalam subbab tersebut. Bila transisi terdapat pada antar bab, transisi berfungsi sebagai jembatan penghubung ide pokok dalam bab yang berdekatan tersebut.
Ada dua cara untuk mewujudkan hubungan di antara dua alinea. Pertama, secara implicit. Kedua, secara eksplisit. Hubungan implicit tidak dinyatakan oleh penanda transisi tertentu. Walaupun demikian, hubungan antar alinea masih dapat dirasakan. Hubungan eksplisit dinyatakan oleh alat penanda transisi tertentu, seperti :
1.    Kata, termasuk di dalamnya kelompok kata;
Alat penanda transisi berupa kata dan kelompok kata sangat banyak jenisnya. Secara garis besar, alat penanda transisi dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
Contoh penanda transisi yang berupa kata lagi pula adalah sebagai berikut.
Lagi pula, munculnya para pemimpin muda sangat diharapkan oleh masyarakat.
a.    Penanda hubungan kelanjutan. Contoh : dan, lagi, serta, lagi pula, dan tambahan lagi
b.    Penanda hubungan urutan waktu. Contoh : dahulu, kini, sekarang, sebelum, setelah, sesudah dan kemudian
c.    Penanda klimaks. Contoh : paling…, se..nya dan ter…
d.    Penanda perbandingan. Contoh : sama, seperti, ibarat, bak dan bagaikan
e.    Penanda kontras. Contoh : tetapi, biarpun, walupun dan sebaliknya
f.     Penanda urutan jarak. Contoh : disini, disitu, disana, dekat, jauh dan sebelah…
g.    Penanda illustrasi. Contoh : umpama, contoh dan misalnya
h.    Penanda sebab akibat. Contoh : karena, sebab, oleh karena itu dan akibatnya
i.      Penanda kondisi pengandaian. Contoh : jika, kalau, jikalau, andai kata dan seandainya
j.      Penanda simpulan. Contoh : simpulan, ringkasnya, garis besarnya dan rangkumannya
2.      Transisi Berupa Kalimat
Transisi jenis kedua yang berupa kalimat yang lebih terkenal dengan istilah “LEADIN-SENTENCES” (KALIMAT PENUNTUN). Kalimat ini berfungsi ganda, yaitu sebagai transisi dan sebagai pengantar topik utama yang akan diperbincangkan.
Kalimat penuntun tidak berfungsi sebagai pengganti kalimat topik. Letaknya selalu mendahului kalimat topik. Bila dalam suatu alinea terdapat kalimat penuntun sebagai transisi, kalimat topik terdapat setelah kalimat penuntun tersebut.


Contoh :
(1) Ringkasnya, tata bahasa meliputi 3 hal, yaitu fonologi, morfologi, dan sintaksis.
(2) Fonologi berhubungan dengan studi tata bunyi, morfologi mengenai tata kata, dan sintaksis membicarakan tata kalimat.

b.      Kalimat Topik
Ada berbagai istilah yang sama maknanya dengan kalimat topik. Dalam bahasa inggris, kita mengenal istilah-istilah, major point, main idea, central idea, dan topic sentence. Keempat-empatnya bermakna sama mengacu kepada pengertian kalimat topik. Dalam bahasa Indonesia, kita pun mengenal istilah-istilah, seperti pikiran utama, pokok pikiran, ide pikiran, dan kalimat pokok. Keempat-empatnya juga mengandung makna yang sama, yaitu mengacu pada kalimat topik.
Kalimat topik adalah perwujudan pernyataan ide pokok alinea dalam bentuk umum atau abstrak.
Contoh:
(1) Sial benar saya hari ini.
(2) Harga barang-barang bergerak naik.
Contoh ke-(1) menyatakan kesialan seseorang. Kesialan tersebut baru berupa pernyataan abstrak yang harus diuraikan kedalam contoh-contoh yang konkret. Demikian pula contoh ke-(2), harga barang naik masih bersifat umum. Yang perlu diperjelas adalah berapa naiknya untuk setiap barang. Dengan begitu, akan jelas pengertian yang terdapat pada kalimat topik.
Ada 4 kemungkinan letak kalimat topik dalam satu alinea. Kemungkinan pertama, kalimat topik berada di awal alinea, segera setelah transisi, kalau transisi ada pada alinea tersebut. Kemungkinan kedua, kalimat topik berada di bagian akhir alinea. Kemungkinan ketiga, kalimat topik berada di awal dan di akhir. Kemungkinan keempat, kalimat topik tersebar di seluruh alinea.
Ciri Kalimat Topik :
a.              Mengandung permasalahan yang potensial untuk diuraikan lebih lanjut.
b.              Mengandung kalimat lengkap yang dapat berdiri sendiri.
c.              Mempunyai arti yang jelas tanpa dihubungkan dengan kalimat lain.
d.              Dapat dibentuk tanpa kata sambung atau transisi.

c.       Kalimat Pengembang
Sebagian besar, kalimat-kalimat yang terdapat dalam suatu alinea termasuk kalimat pengembang.
Susunan kalimat pengembang tidak sembarangan. Urutan kalimat pengembang sebagai perluasan pemaparan ide pokok yang bersifat abstrak menuruti hakikat ide pokok. Pengembangan kalimat topik yang bersifat kronologis, biasanya menyangkut hubungan antar benda atau kejadian dan waktu. Urutannya masa lalu, kini, dan yang akan datang.
Bila pengembangan kalimat topik berhubungan dengan jarak (spacial), hal ini biasanya menyangkut hubungan antar benda, peristiwa atau hal, dan ukuran jarak. Urutannya dimulai dari jarak yang paling dekat, lebih jauh, dan paling jauh. Bila pengembangan kalimat topik berhubungan dengan sebab akibat, kemungkinan urutannya sebab dinyatakan lebih dahulu, lalu diikuti akibatya. Atau sebaliknya, akibatnya dinyatakan pertama-tama baru dipaparkan sebabnya. Penyusunan urutan kalimat pengembang yang berdasarkan urutan nomornya dimulai dari kejadian pertama, kedua, ketiga dan seterusnya.
Contoh :
Pada pagi hari, suasana lingkungan rumah andi begitu indah. Di sekitar rumah, berjejer pohon-pohon yang menambah keteduhan. Sementara itu, kicau burung menambah semaraknya pagi itu. Di kejauhan, terlihat gunung tangkuban perahu yang penuh misteri. Sungguh, pagi yang indah dan hangat.

Ciri Kalimat Pengembang / Pendukung :
a.         Sering merupakan kalimat yang tidak dapat berdiri sendiri.
b.        Arti kalimatnya baru jelas setelah dihubungkan dengan kalimat lain dalam satu alinea.
c.         Pembentukannya sering memerlukan bantuan kata sambung atau frasa penghubung atau kalimat transisi.
d.        Isinya berupa rincian, keterangan, contoh, dan data lain yang bersifat mendukung kalimat topik.
                                                     
d.      Kalimat Penegas
Kalimat penegas adalah elemen alinea yang keempat dan terakhir. Elemen pertama adalah transisi, elemen kedua adalah kalimat topik, dan elemen ketiga adalah kalimat pengembang.
Fungsi kalimat penegas ada dua. Pertama, kalimat penegas sebagai pengulang atau penegas kembali kalimat topik. Kedua, kalimat penegas sebagai daya penarik bagi para pembaca atau sebagai selingan untuk menghilangkan kejemuan.
Kedudukan kalimat penegas dalam suatu alinea tidak bersifat mutlak. Kalimat penegas akan ada bila pengarang merasa memerlukannya untuk menunjang kejelasan informasi. Kalimat penegas tidak akan ada bila pengarang memandang kehadirannya tidak diperlukan. Selain itu, kalimat penegas tidak akan ada bila pengarang merasa kejelasan informasi tidak terganggu tanpa adanya kalimat penegas.
Bila kita bandingkan kedudukan kalimat penegas dengan kedudukan kalimat topik dan kalimat pengembang, terdapat beberapa persamaan dan beberapa perbedaan. Jumlah kalimat penegas dan kalimat topik sama. Makna yang terkandung dalam kalimat penegas dan kalimat topik kurang lebih sama, tetapi mungkin diutarakan dengan redaksi yang berbeda.
Eksistensi kalimat penegas tidak mutlak dalam suatu alinea, sedang eksistensi kalimat topik dan kalimat pengembang bersifat mutlak dalam setiap alinea. Makna yang terkandung dalam kalimat penegas dan kalimat topik bersifat konkret sebagai penjabaran dari makna kalimat penegas dan kalimat topik.
Paragraf terdiri atas kalimat topik atau kalimat pokok dan kalimat penjelas atau kalimat pendukung. Kalimat topik merupakan kalimat terpenting yang berisi ide pokok alinea. Sedangkan kalimat penjelas atau kalimat pendukung berfungsi untuk menjelaskan atau mendukung ide utama.

D.    SYARAT-SYARAT ALINEA ATAU PARAGRAF
1.      Kesatuan Paragraf
Sebuah paragraf dikatakan mempunyai kesatuan jika seluruh kalimat dalam paragraf hanya membicarakan satu ide pokok, satu topik atau satu masalah. Jika dalam sebuah paragraf terdapat kalimat yang menyimpang dari masalah yang sedang di bicarakan, berarti dalam paragraf itu terdapat lebih dari satu ide atau masalah.

2.      Kepaduan Paragraf
Seperti halnya kalimat efektif, dalam paragraf ini juga dikenal istilah kepaduan atau koherensi. Kepaduan paragraf akan terwujud jika aliran kalimat berjalan mulus dan lancar serta logis. Untuk itu, cara repetisi,  jasa kata ganti dan kata sambung, serta frasa penghubung dapat dimanfaatkan.

E.     JENIS-JENIS ALINEA ATAU PARAGRAF
Paragraf memiliki banyak ragamnya. Untuk membedakan paragraf yang satu dari paragraf yang lain berdasarkan kelompoknya, yaitu : jenis paragraf menurut posisi kalimat topiknya, menurut sifat isinya, dan menurut fungsinya dalam karangan.

1.      Jenis Paragraf Menurut Posisi Kalimat Topiknya
Kalimat yang berisi gagasan utama paragraf adalah kalimat topik. Karena berisi gagasan utama itulah keberadaan kalimat topik dan letak posisinya dalam paragraf menjadi penting. Posisi kalimat topik di dalam paragraf yang akan memberi warna sendiri bagi sebuah paragraf. Berdasarkan posisi kalimat topik, paragraf dapat dibedakan atas empat macam, yaitu : paragraf deduktif, paragraf induktif, paragraf deduktif-induktif, paragraf penuh kalimat topik.

a.       Paragraf Deduktif
Adalah paragraf yang letak kalimat pokoknya ditempatkan pada bagian awal paragraf, yaitu paragraf yang menyajikan pokok permasalahan terlebih dahulu, lalu menyusul uraian yang terinci mengenai permasalahan atau gagasan paragraf (urutan umum-khusus).
Contoh:
"Olahraga akan membuat badan kita menjadi sehat dan tidak mudah terserang penyakit. Fisik orang yang berolahraga dengan yang jarang atau tidak pernah berolahraga sangat jelas berbeda. Contohnya jika kita sering berolahraga fisik kita tidak mudah lelah, sedangkan yang jarang atau tidak pernah berolahraga fisiknya akan cepat lelah dan mudah terserang penyakit."

b.      Paragraf Induktif
Bila kalimat pokok ditempatkan pada akhir paragraf akan terbentuk paragraf induktif, yaitu paragraf yang menyajikan penjelasan terlebih dahulu, barulah diakhiri dengan pokok pembicaraan.
Contoh:
"Pak Sopian memiliki kebun kakao seluas 1 hektar. Tetangganya, Pak Gatot, juga memiliki kebun kakao seluas 1 hektar. Adik Pak Gatot, Ali Bashya, malah memiliki kebun kakao yang lebih luas daripada kakaknya, yaitu 2,5 hektar. Tahun ini merupakan tahun ketiga bagi mereka memanen kakao. Seperti mereka, dari 210 penduduk petani di Desa Sriwaylangsep, 175 kepala keluarga berkebun kakao. Maka, tidaklah heran apabila Desa Sriwaylangsep tersebut dikenal dengan Desa Kakao.

c.       Paragraf Deduktif-Induktif
Bila kalimat pokok ditempatkan pada bagian awal dan akhir paragraf, terbentuklah paragraf deduktif-induktif. Kalimat pada akhir paragraf umumnya menjelaskan atau menegaskan kembali gagasan utama yang terdapat pada awal paragraf.

2.      Jenis Paragraf Menurut Sifat Isinya
Menurut sifat isinya paragraf dapat digolongkan atas lima macam, yaitu :

a.       Paragraf Persuasif 
Paragraf persuasif adalah paragraf yang mempromosikan sesuatu dengan cara mempengaruhi atau mengajak pembaca. Paragraf persuasif banyak dipakai dalam penulisan iklan, terutama majalah dan Koran. Sedangkan paragraf argumentasi, deskripsi, dan eksposisi umumnya dipakai dalam karangan ilmiah seperti buku, skripsi makalah dan laporan. Paragraf naratif sering dipakai untuk karangan fiksi seperti cerpen dan novel.
Contoh :
“Marilah kita membuang sampah pada tempatnya, agar lingkungan kita bebas dari banjir dan bebas dari penyakit yang disebabkan oleh sampah-sampah yang dibuang tidak pada tempatnya. Oleh karena itu, perlu kesadaran pada diri kita masing-masing untuk membuang sampah pada tempatnya.

b.      Paragraf Argumentasi
Paragraf argumentasi adalah paragraf yang membahas satu masalah dengan bukti-bukti alasan yang mendukung.
Contoh :
“Menurut Ketua panitia, Derrys Saputra, mujur merupakan kegiatan rutin yang diselenggarakan oleh HMTK untuk memilih ketua dan wakil HMTK yang baru. Bersamaan dengan berakhirnya masa jabatan kepengurusan HMTK periode 2008-2009, maka sebagai penggantinya dilakukan mujur untuk memilih ketua dan wakil HMTK yang baru untuk masa kepengurusan 2009-20010.”

c.       Paragraf Naratif
Paragraf naratif adalah paragraf yang menuturkan peristiwa atau keadaan dalam bentuk data atau cerita.
Contoh :
“Pada game pertama, Kido yang bermain dengan lutut kiri dibebat mendapat perlawanan ketat Chai/Liu hingga skor imbang 16-16. pada posisi ini, Kido/Hendra yang lebih berpengalaman dalam berbagai kejuaraan memperlihatkan keunggulan mereka.”

d.      Paragraf Deskritif
Paragraf deskriptif adalah paragraf yang melukiskan atau menggambarkan sesuatu dengan bahasa.
Contoh :
“Kini hadir mesin cuci dengan desain bunga chrysant yang terdiri dari beberapa pilihan warna, yaitu pink elegan dan dark red untuk ukuran tabung 15 kg. Disamping itu, mesin cuci dengan bukaan atas ini juga sudah dilengkapi dengan LED display dan tombol-tombol yang dapat memudahkan penggunaan. Adanya fitur I-sensor juga akan memudahkan proses mencuci”.

e.       Paragraf Eksposisi
Paragraf eksposisi adalah paragraf yang memaparkan sesuatu fakta atau kenyataan kejadian tertentu.
Contoh :
“Rachmat Djoko Pradopo lahir 3 November 1939 di Klaten, Jawa Tengah. Tamat SD dan SMP (1955) di Klaten, SMA II (1958) di Yogyakarta. Masuk Jurusan Sastra Indonesia Universitas Gadjah Mada, tamat Sarjana Sastra tahun 1965. pada tahun 1978 Rachmat mengikuti penataran sastra yang diselenggarakan oleh Pusat Bahasa Jakarta bersama ILDEP dan terpilih untuk melanjutkan studi di Pascasarjana Rijkuniversiteit Leiden, Nederland, tahun 1980-1981, di bawah bimbingan Prof. Dr. A. Teeuw”.

3.       Jenis Paragraf Menurut Fungsinya dalam Karangan
Menurut fungsinya, paragraf dapat dibedakan menjadi 3, yaitu:
a.       Paragraf Pembuka
Bertujuan mengutarakan suatu aspek pokok pembicaraan dalam karangan. Sebagai bagian awal sebuah karangan, paragraf pembuka harus di fungsikan untuk:
1. Menghantar pokok pembicaraan;
2. Menarik minat pembaca;
3. Menyiapkan atau menata pikiran untuk mengetahui isi seluruh karangan;
Setelah memiliki ketiga fungsi tersebut diatas dapat dikatakan paragraf pembuka memegang peranan yang sangat penting dalam sebuah karangan. Paragraf pembuka harus disajikan dalam bentuk yang menarik untuk pembaca. Untuk itu bentuk berikut ini dapat dimanfaatkan sebagai bahan menulis paragraf pembuka, yaitu:
1. Kutipan, peribahasa, anekdot
2. Pentingnya pokok pembicaraan
3. Pendapat atau pernyataan seseorang
4. Uraian tentang pengalaman pribadi
5. Uraian mengenai maksud dan tujuan penulisan
6. Sebuah pertanyaan

b.      Paragraf Pengembang
Bertujuan mengembangkan pokok pembicaraan suatu karangan yang sebelumnya telah dirumuskan dalam alinea pembuka. Dalam karangan, paragraf ini dapat difungsikan untuk:
1. Mengemukakan inti persoalan
2. Memberikan ilustrasi
3. Menjelaskan hal yang akan diuraikan pada paragraf berikutnya
4. Meringkas paragraf sebelumnya
5. Mempersiapkan dasar bagi simpulan.


c.       Paragraf Penutup
Paragraf ini berisi simpulan bagian karangan atau simpulan seluruh karangan. Paragraf ini sering merupakan pernyataan kembali maksud penulis agar lebih jelas. Mengingat paragraf penutup dimaksudkan untuk mengakhiri karangan. Penyajian harus memperhatikan hal sebagai berikut :
1.      Sebagai bagian penutup, paragraf ini tidak boleh terlalu panjang
2.      Isi paragraf harus berisi simpulan sementara atau simpulan akhir sebagai cerminan inti seluruh uraian
3.      Sebagai bagian yang paling akhir dibaca, disarankan paragraf ini dapat menimbulkan kesan yang mendalam bagi pembacanya.


F.    PENGEMBANGAN ALINEA ATAU PARAGRAF
Pengembangan paragraf mencakup dua hal :
a.       Kemampuan memerinci secara maksimal gagasan utama alinea ke dalam gagasan-gagasan bawahan;
b.      Kemampuan mengurutkan gagasan-gagasan bawahan ke dalam suatu urutan yang teratur.

Pengembangan paragraf sangat berkaitan erat dengan posisi kalimat topik karena kalimat topiklah yang mengandung inti permasalahan atau ide utama paragraf. Pengembangan paragraf deduktif misalnya, yang menempatkan ide atau gagasan utama pada awal paragraf, pasti berbeda dengan pengembangan paragraf induktif yang merupakan kebalikan dari paragraf deduktif. Demikian juga dengan tipe paragraf yang lainnya.
Selain kalimat topik, pengembangan paragraf berhubungan pula dengan fungsi paragraf yang akan dikembangkan : sebagai paragraf pembuka, paragraf pengembang, atau paragraf penutup. Fungsi tersebut akan mempengaruhi pemilihan metode pengembangan karena misi ketiga paragraf tersebut dalam karangan saling berbeda.
Metode pengembangan paragraf akan bergantung pada sifat informasi yang akan disampaikan, yaitu: persuasif, argumentatif, naratif, deskriptif, dan eksposisi. Metode tersebut sudah pasti digunakan untuk mengembangkan alinea argumentatif, misalnya akan berbeda dengan naratif.
Setelah mempertimbangkan faktor tersebut barulah kita memilih salah satu metode pengembangan paragraf yang dianggap paling tepat dan efektif. Diantaranya:
1.       Metode Definisi
Yang dimaksud dengan definisi adalah usaha penulis untuk menerangkan pengertian atau konsep istilah tertentu. Untuk dapat merumuskan definisi yang jelas, penulis hendaknya memperhatikan klasifikasi konsep dan penentuan ciri khas konsep tersebut. Satu hal yang perlu diingat dalam membuat definisi, kita tidak boleh mengulang kata atau istilah yang kita definisikan di dalam teks definisi itu.
2.      Metode Proses
Sebuah paragraf dikatakan memakai metode proses apabila isi alinea menguraikan suatu proses. Proses ini merupakan suatu urutan tindakan atau perbuatan untuk menciptakan atau menghasilkan sesuatu. Bila urutan atau tahap-tahap kejadian berlangsung dalam waktu yang berbeda, penulis harus menyusunnya secara runtut (kronologis). Banyak sekali peristiwa atau kejadian yang prosesnya berbeda satu sama lainnya. Proses kerja suatu mesin misalnya, tentu berbeda sangat jauh dengan proses peristiwa sejarah.

3.      Metode Contoh
Dalam karangan ilmiah, contoh dan ilustrsi selalu ditampilkan. Contoh-contoh terurai, lebih-lebih yang memerlukan penjelasan rinci tentu harus disusun berbentuk paragraf.
4.      Metode Sebab-Akibat
      Metode sebab-akibat atau akibat-sebab (kausalitas) dipakai untuk menerangkan suatu kejadian dan akibat yang ditimbulkannya, atau sebaliknya. Faktor yang terpenting dalam metode kausalitas ini adalah kejelasan dan kelogisan. Artinya, hubungan kejadian dan penyebabnya harus terungkap jelas dan informasinya sesuai dengan jalan pikiran manusia. Metode kausalitas atau sebab-akibat umumnya tampil di tengah karangan yang berisi pembahasan atau analisis. Sifat paragrafnya argumentatif murni atau dikombinasikan dengan deskriptif atau eksposisi.
5.      Metode Umum-Khusus
Metode umum-khusus atau khusus-umum paling banyak dipakai untuk mengembangkan gagasan paragraf agar tampak teratur. Bagi penulis pemula, belajar menyusun paragraf dengan metode ini adalah yang paling disarankan. Pertimbangannya, di samping mengembangkan urutan umum-khusus relatif lebih gampang, juga karena model inilah yang paling banyak dipakai dalam karangan ilmiah dan tulisan eksposisi seperti arikel dalam media massa.
6.      Metode Klasifikasi
Bila kita akan mengelompokkan benda-benda atau non benda yang memiliki persamaan ciri seperi sifat, bentuk, ukuran, dan lain-lain, cara yang paling tepat adalah dengan metode klasifikasi. Klsifikasi sebenarnya bukan khusus untuk persamaan faktor tersebut di atas, tetapi juga untuk perbedaan. Namun, pengelompokkan tidak berhenti pada inventarisasi persamaan dan perbedaan. Setelah dikelompokkan, lalu dianalisis untuk mendapatkan generalisasi, atau paling tidak untuk diperbandingkan atau dipertentangkan satu sama lainnya.






















BAB III
PENUTUP

A.    KESIMPULAN
Ditinjau dari segi kalimat dan ide yang terkandung di dalamnya, alinea dapat didefinisikan sebagai berikut. Alinea adalah seperangkat kalimat yang mengandung sekelompok ide yang saling berkaitan dan bernaung di bawah satu ide pokok. Ditinjau dari segi penampilannya dalam suatu wacana, alinea adalah bagian wacana yang ditandai oleh baris pertama yang menjorok ke dalam atau oleh jarak spasi yang lebih dari jarak spasi baris kalimat-kalimat lainnya.
Berdasarkan penempatan ide pokok pada alinea, alinea dibagi menjadi 4 jenis yaitu alinea deduktif, alinea induktif, alinea campuran, dan alinea deskriptif. Dan berdasarkan cara mengembangkan ide dan alat bantu yang digunakan untuk menjaga kesinambungan pengungkapan ide atau keruntunan ide dapat dibagi dalam sepuluh bagian, diantaranya alinea definisi, alinea contoh, alinea perbandingan, alinea analogi, alinea klimaks atau induktif, alinea anti klimaks atau deduktif, alinea campuran, alinea sebab-akibat, alinea proses, dan alinea deskriptif.
Untuk menyusun alinea secara logis-sistematis diperlukan alat bantu berupa unsur-unsur penyusun alinea, seperti transisi (transition), kalimat topik (topic sentence), kalimat pengembang (development sentence), dan kalimat penegas (punch-line) keempat unsur penyusun alinea tersebut, terkadang muncul secara bersamaan, terkadang pula hanya sebagian yang muncul dalam sebuah alinea.

Cara menyusun alinea yang baik :
Pertama, kita harus menentukan jenis paragraf apakah yang ingin kita buat. Kita bisa memilih jenis paragraf sesuai dengan apa yang kita inginkan. Kedua, kita harus tahu syarat-syarat apa saja yang harus ada ketika ingin membuat sebuah alinea atau paragraf. Syarat yang mutlak, yang harus kita perhatikan ketika membuat sebuah alinea atau paragraf adalah kesatuan dan kepaduan atau koherensi. Maksud dari kesatuan paragraf adalah sebuah alinea harus membahas satu masalah atau satu ide pokok, tidak keluar jalur dari ide pokok yang ada. Jika keluar dari ide pokok yang ada, berarti didalam kalimat tersebut terdapat lebih dari satu ide pokok atau lebih dari satu masalah. Sedangkan maksud dari kepaduan atau koherensi adalah hubungan antara kalimat yang satu dengan kalimat yang lain harus lah menyambung. Koherensi kalimat dapat dibangun dengan memperhatikan unsur kebahasan, perincian dan urutan isi paragraf, dan kelengkapan. Ketiga, kita bisa memulai untuk membuat kalimat topik, menambahkan transisi (tergantung kebutuhan dalam membuat sebuah alinea), kalimat penegas dan kaimat pendukung. Dan terakhir, kita bisa mengembangkan alinea yang telah kita buat menjadi sebuah karangan yang sudah direncanakan sebelumnya dengan metode yang sesuai dengan apa yang kita butuhkan dalam membuat karangan tersebut.

B.     SARAN
Karya yang kami susun ini bukanlah karya yang sempurna tapi sesuatu yang lahir dari kerja keras. Tentunya kerja keras penyusun bukan tanpa kekurangan hasilnya ini. Maka kami senantiasa mengharapkan masukan dan kritikan rekan-rekan pembaca, dan mudah-mudahan rekan-rekan semua dapat menggali terus konsep mengenai alinea atau paragraf agar kita dapat menambah wawasan dan ilmu pengetahuan tentang hal tersebut. Mudah-mudahan dengan terciptanya makalah ini khususnya bagi penyusun umumnya untuk para pembaca bisa mengembangkan atau membuat sebuah alinea yang baik berdasarkan kriteria yang ada.




































DAFTAR PUSTAKA

·         Depdiknas. 2002. Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga. Jakarta: Depdiknas.
·         Nazar, Noerzisri A. 2004. Bahasa Indonesia dalam Karangan Ilmiah. Bandung: Humaniora Utama Press.
·         Tarigan, Djago. 2009. Membina Keterampilan Menulis Paragraf dan Pengembangannya. Bandung: Angkasa.
·         Wiyanto, Asul. 2006. Terampil Menulis Paragraf. Grasindo.

Lihat juga yang lain: