ALINEA
ATAU PARAGRAF
(Makalah
ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Bahasa Indonesia)
Dosen
: Tri Budiarta, SS., MM.
Disusun
Oleh: Kelompok 4
Ayip
Nugraha
Dedi
Iskandar
Riki
Yunus
Kelas
: 1DC03
Teknik
Komputer
Universitas
Gunadarma 2013
KATA
PENGANTAR
Bismillahirrahmaanirrahiim,
Assalamu’alaikum
Wr.Wb.
Puji dan syukur marilah kita panjatkan kehadirat
Illahi rabbi yang mana berkat rahmat dan hidayah-Nya penyusun dapat
menyelesaikan tugas makalah ini yang diajukan pada mata kuliah “Bahasa Indonesia”
dengan judul “Alinea Atau Paragraf”.
Shalawat
beserta salam marilah kita curahkan selalu kepada baginda alam yakni nabi
Muhammad saw. Kepada keluarganya, sahabatnya, dan kita semua selaku
umatnya.
Makalah ini adalah sebuah karya yang kami susun berkat
kerja sama dan bantuan dari pihak-pihak yang terkait. Maka dari itu kami
mengucapkan banyak terimakasih pada semua pihak yang ikut berperan aktif dalam
terwujudnya makalah ini.
Makalah yang kami susun ini bukanlah sesuatu yang
sempurna, akan tetapi makalah ini terlahir dari kerja keras kami. Dalam
penyusunan makalah ini tentunya masih banyak kekurangan-kekurangan yang harus
di perbaharui. Maka dari itu, kami mengharapkan kepada para pembaca untuk
memberikan kritik dan saran yang bersifat membangun supaya dalam pembuatan
makalah yang selanjutnya bisa menjadi lebih baik lagi.
Terimakasih.
Billahitaufiq
wal hidayah
Wassalammu’alaikum
Wr.Wb.
Depok, 26 September
2013,
Penyusun
Daftar
Isi
Kata
pengantar ................................................................................................................ 1
Daftar Isi ........................................................................................................................ 2
BAB I :
PENDAHULUAN .............................................................................................. 3
A.
Latar
Belakang ........................................................................................... 3
B.
Rumusan
Masalah ...................................................................................... 4
C.
Tujuan
Penulisan ........................................................................................ 4
BAB II :
PEMBAHASAN ............................................................................................... 5
A.
Pengertian
Alinea ....................................................................................... 5
B.
Fungsi
Alinea ............................................................................................. 5
C.
Unsur-Unsur
Alinea ................................................................................... 6
1.
Transisi
................................................................................................. 6
2.
Kalimat
Topik ...................................................................................... 8
3.
Kalimat
Pendukung .............................................................................. 8
4.
Kalimat
Penegas ................................................................................... 9
D.
Syarat-Syarat
Alinea ................................................................................... 10
1.
Kesatuan
Paragraf ................................................................................ 10
2.
Kepaduan
Paragraf ............................................................................... 10
E.
Jenis-Jenis
Alinea ....................................................................................... 10
1.
Jenis Paragraf Menurut Posisi Kalimat Topiknya .................................. 10
a.
Paragraf Deduktif ........................................................................... 10
b.
Paragraf Induktif ............................................................................ 11
c.
Paragraf Deduktif-Induktif..............................................................
11
2.
Jenis Paragraf Menurut Sifat Isinya ...................................................... 11
a.
Paragraf Persuasif ........................................................................... 11
b.
Paragraf Argumentasi ..................................................................... 11
c.
Paragraf Naratif .............................................................................. 11
d.
Paragraf Deskrtiptif ........................................................................ 12
e.
Paragraf Eksposisi .......................................................................... 12
3.
Jenis Paragraf Menurut Fungsinya Dalam Karangan ............................. 12
a.
Paragraf Pembuka .......................................................................... 12
b.
Paragraf Pengembang ..................................................................... 12
c.
Paragraf
Penutup ............................................................................ 13
F.
Pengembangan
Alinea ................................................................................ 13
1.
Metode
Definisi .................................................................................... 13
2.
Metode
Proses ...................................................................................... 13
3.
Metode
Contoh ..................................................................................... 14
4.
Metode
Sebab-Akibat ........................................................................... 14
5.
Metode
Umun-Khusus ......................................................................... 14
6.
Metode
Klasifikasi ............................................................................... 14
BAB III :
PENUTUP ....................................................................................................... 15
A.
KESIMPULAN
........................................................................................... 15
B.
SARAN
...................................................................................................... 16
Daftar
Pustaka ................................................................................................................ 17
BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Berbicara mengenai karangan, baik
yang berupa karangan pendek maupun panjang, kita harus berbicara mengenai
beberapa hal di sekitar karangan tersebut. Pertama adalah topik yang menjadi
isi karangan. Kedua adalah struktur pengorganisasian karangan. Kemudian, menyusul
pengisian struktur karangan (bab, subbab, dan alinea). Berikutnya, muncul
masalah bahasa, seperti penggunaan kata, kelompok kata, frase, dan klausa serta
seluk-beluk pembentukan dan penyusunan kalimat.
Inti pembicaraan tulisan ini
hanyalah sekelumit dari sekian masalah di sekitar karangan, yaitu pengembangan
alinea dengan segala aspek-aspeknya. Misalnya, pengertian serta fungsi alinea,
struktur dan jenis-jenis alinea, kriteria alinea yang baik serta beberapa cara
pengembangan alinea.
Kita sering mendengar istilah
paragraf atau alinea. Istilah tersebut sering digunakan, baik dalam percakapan
maupun dalam kegiatan-kegiatan pertemuan dalam rapat, diskusi, atau seminar.
Mereka yang sering menulis, baik surat, kertas kerja, pelaporan, atau skripsi
pasti menggunakan alinea dalam tulisannya. Apabila ditanyakan definisi dari
alinea maka akan bervariasi jawabannya.
Bila kita dihadapkan pada suatu
karangan tanpa adanya ciri-ciri pengelompokkan ide, alangkah susahnya kita
memahami gagasan yang diungkapkan dalam karangan itu. Kita terpaksa membaca
karangan tersebut secara berulang-ulang untuk mendapatkan pemahaman yang baik
tentang isi karangan itu. Pengungkapan gagasan dengan cara ini secara ilmiah bertentangan
dengan kodrat. Jika kita ingin mengungkapkan suatu gagasan, biasanya gagasan
tersebut diungkapkan satu per satu atau bagian per bagian.
Bila kita berpikir, kita berpikir
dalam kelompok-kelompok ide, tidak dalam ide tunggal atau terpisah-pisah. Akan
tetapi, bila kita tulis pikiran-pikiran tersebut, kita hanya menulis satu ide
pada satu waktu. Ide berikutnya ditulis pada waktu berikutnya secara
berturut-turut.
Bila kita membuat alinea, kita
menuliskan sekelompok ide yang terdiri atas ide pokok dan ide bawahan yang
merupakan penjelasan tentang ide pokok. Di samping ide pokok ini, terdapat ide
pokok lainnya yang masih berkaitan dengan ide pokok pertama. Kedua ide pokok
ini merupakan bagian kelompok ide yang lebih besar. Oleh sebab itu, ide pokok
yang kedua ini diungkapkan dalam alinea berikutnya yang disertai pula dengan
ide pokok bawahan yang berupa penjelasan terhadap ide pokok kedua tadi. Demikianlah
seterusnya sehingga kita dapat membuat sebuah karangan yang terdiri atas
beberapa alinea yang mengandung kelompok-kelompok ide yang saling berkaitan.
B. Rumusan Masalah
1.
Apakah
definisi alinea?
2.
Apakah
fungsi alinea?
3.
Apa
sajakah unsur-unsur alinea?
4.
Apa
sajakah syarat-syarat dalam menyusun sebuah alinea?
5.
Apa
saja jenis-jenis alinea?
6.
Seperti
apa metode pengembangan alinea?
7.
Bagaimana
menyusun alinea yang baik?
C. Tujuan Penulisan
Berdasarkan
uraian latar belakang di atas, tujuan dari penulisan makalah ini yaitu:
1. Untuk mengetahui pengertian dari alinea, fungsi-fungsi
alinea, unsur-unsur alinea, syarat-syarat alinea, jenis-jenis alinea, serta
metode pengembangan alinea.
2. Supaya dengan pembuatan makalah yang berjudul
“Menyusun Alinea” ini, penulis atau pembaca makalah ini bisa menyusun alinea
dengan baik dan benar.
3. Sebagai bahan presentasi diskusi.
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
PENGERTIAN
ALINEA ATAU PARAGRAF
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi ke-3, dari
terbitan Departemen Pendidikan Nasional tertera penjelasan bahwa alinea adalah
bagian wacana yang mengungkapkan suatu pikiran yang lengkap atau satu tema yang
dalam ragam tulis ditandai oleh baris pertama yang menjorok kedalam atau jarak
spasi yang lebih. Dalam kamus tersebut alinea diartikan pula sebagai paragraf.
Bila ditelaah pengertian alinea, seperti yang
tercantum dalam sumber tersebut, dapat ditarik simpulan. Simpulannya adalah
alinea berisi “sesuatu” dan penulisan alinea selalu dimulai dengan baris yang
baru yang dimajukan atau indentation.
Menurut pengamatan penulis, ada beberapa ciri atau karakteristik
alinea antara lain sebagai berikut.
a. Setiap alinea mengandung makna, pesan, pikiran, atau
ide pokok yang relevan dengan ide pokok keseluruhan karangan.
b. Alinea umumnya dibangun oleh sejumlah kalimat.
c. Alinea adalah satu kesatuan ekspresi pikiran.
d. Alinea adalah kesatuan yang koheren dan padat.
e. Kalimat-kalimat alinea tersusun secara
logis-sistematis.
Berdasarkan penganalisaan atas beberapa sumber yang
memberikan keterangan tentang alinea serta dilengkapi atau dipadukan dengan
hasil pengamatan penulis terhadap karakteristik alinea, sampailah penulis pada
suatu simpulan bahwa definisi alinea sebagai berikut: “Alinea adalah
seperangkat kalimat yang tersusun logis-sistematis yang merupakan satu kesatuan
ekspresi pikiran yng relevan dan mendukung pikiran pokok yang tersirat dalam
keseluruhan karangan.”
Paragraf atau alinea biasanya
dibuat pada baris baru dengan 5 spasi, sehingga tulisannya terlihat menjorok ke
dalam. Dalam upaya menghimpun beberapa kalimat menjadi paragraf, yang perlu
diperhatikan adalah kesatuan dan kepaduan. Kesatuan berarti seluruh kalimat
dalam paragraf membicarakan satu gagasan (gagasan tunggal). Sedangkan kepaduan
berarti seluruh kalimat dalam paragraf itu kompak, saling berkaitan mendukung
gagasan tunggal paragraf.
B.
FUNGSI
ALINEA ATAU PARAGRAF
1. Sebagai
penampung dari sebagian kecil jalan pikiran atau ide pokok keseluruhan karangan.
2. Memudahkan
pengertian dan pemahaman terhadap satu tema dan ide pokok pengarang.
3. Memisahkan
dan menegaskan perhentian secara wajar dan normal.
4. Untuk
menandai pembukaan topik baru, atau mengembangkan lebih lanjut dari topik
sebelumnya.
5. Untuk
menambah hal-hal yang penting atau untuk merinci apa yang sudah diutarakan
dalam paragraf yang sebelumnya.
6. Alat
bagi pengarang untuk mengembangkan jalan pikiran secara sistematis.
7. Pedoman
bagi pembaca untuk mengikuti dan memahami alur pikiran pengarang.
8. Sebagai
penyampai pikiran atau ide pokok pengarang kepada pembaca.
9. Dalam rangka keseluruhan karangan, alinea
dapat berfungsi sebagai pengantar, transisi, dan penutup (konklusi).
C.
UNSUR-UNSUR
ALINEA ATAU PARAGRAF
Alinea
adalah satu kesatuan ekspresi yang terdiri atas seperangkat kalimat yang
dipergunakan oleh pengarang sebagai alat untuk menyatakan dan menyampaikan
jalan pikirannya kepada para pembaca. Supaya pikiran tersebut dapat diterima
oleh pembaca, alinea harus tersusun secara logis-sistematis. Alat bantu untuk
menciptakan susunan logis-sistematis itu adalah unsur-unsur penyusun alinea,
seperti transisi (transition), kalimat topik (topic sentence), kalimat
pengembang (development sentence), dan kalimat penegas (punch-line).
Keempat
unsur penyusun alinea tersebut, terkadang muncul secara bersamaan, terkadang
pula hanya sebagian yang muncul dalam sebuah alinea.
1. Alinea yang Memiliki Empat
Unsur
a. Transisi (berupa kata, kelompok kata, atau kalimat)
b. Kalimat Topik
c. Kalimat Pengembang
d. Kalimat Penegas
2. Alinea yang Memiliki Tiga
Unsur
a. Transisi (Berupa kata, kelompok kata, atau kalimat)
b. Kalimat Topik
c. Kalimat Prngembang
3. Alinea yang Memiliki Dua
Unsur
a. Kalimat Topik
b. Kalimat Pengembang
a.
Transisi
Transisi
adalah mata rantai penghubung antar alinea. Transisi berfungsi sebagai
penghubung jalan pikiran dua alinea yang berdekatan. Kata-kata tradisional
merupakan petunjuk bagi pembaca ke arah mana ia sedang bergerak atau
mengingatkan pembaca apakah suatu alinea baru bergerak searah dengan ide pokok
sebelumnya. Oleh karena itu, beberapa orang sering mengatakan bahwa transisi
berfungsi sebagai penunjang koherensi dan kesatuan antar bab, antar subbab, dan
antar alinea dalam suatu karangan.
Transisi
tidak harus selalu ada dalam setiap alinea. Kehadiran transisi dalam alinea
bergantung pada pertimbangan pengarang. Bila pengarang merasa perlu ada
transisi demi kejelasan informasi, transisi wajar ada. Sebaliknya, bila
pengarang bisa mengekspresikan ide pokoknya dengan jernih tanpa transisi,
transisi tidak perlu hadir dalam alinea tersebut.
Transisi
tidak hanya terdapat pada alinea, tetapi terdapat juga dalam kalimat, antar
alinea, antar subbab, dan antar bab. Bila transisi terdapat antar subbab,
transisi berfungsi menghubungkan ide pokok dalam subbab tersebut. Bila transisi
terdapat pada antar bab, transisi berfungsi sebagai jembatan penghubung ide
pokok dalam bab yang berdekatan tersebut.
Ada dua
cara untuk mewujudkan hubungan di antara dua alinea. Pertama, secara implicit.
Kedua, secara eksplisit. Hubungan implicit tidak dinyatakan oleh penanda
transisi tertentu. Walaupun demikian, hubungan antar alinea masih dapat
dirasakan. Hubungan eksplisit dinyatakan oleh alat penanda transisi tertentu,
seperti :
1. Kata, termasuk di dalamnya kelompok kata;
Alat penanda transisi berupa kata dan kelompok kata
sangat banyak jenisnya. Secara garis besar, alat penanda transisi dapat
diklasifikasikan sebagai berikut:
Contoh penanda transisi yang berupa kata lagi
pula adalah sebagai berikut.
Lagi pula, munculnya
para pemimpin muda sangat diharapkan oleh masyarakat.
a. Penanda hubungan kelanjutan.
Contoh : dan, lagi, serta,
lagi pula, dan tambahan lagi
b. Penanda hubungan urutan
waktu. Contoh : dahulu, kini, sekarang, sebelum, setelah,
sesudah dan kemudian
c. Penanda klimaks. Contoh : paling…, se..nya dan ter…
d. Penanda perbandingan. Contoh
: sama, seperti, ibarat, bak dan bagaikan
e. Penanda kontras. Contoh : tetapi, biarpun,
walupun dan sebaliknya
f. Penanda urutan jarak. Contoh
: disini, disitu, disana, dekat, jauh dan
sebelah…
g. Penanda illustrasi. Contoh :
umpama, contoh dan misalnya
h. Penanda sebab akibat. Contoh
: karena, sebab, oleh karena itu dan akibatnya
i. Penanda kondisi pengandaian.
Contoh : jika, kalau, jikalau, andai kata dan seandainya
j. Penanda simpulan. Contoh : simpulan, ringkasnya,
garis besarnya dan rangkumannya
2. Transisi Berupa Kalimat
Transisi jenis kedua yang berupa kalimat yang lebih
terkenal dengan istilah “LEADIN-SENTENCES” (KALIMAT PENUNTUN).
Kalimat ini berfungsi ganda, yaitu sebagai transisi dan sebagai pengantar topik
utama yang akan diperbincangkan.
Kalimat penuntun tidak berfungsi sebagai pengganti
kalimat topik. Letaknya selalu mendahului kalimat topik. Bila dalam suatu
alinea terdapat kalimat penuntun sebagai transisi, kalimat topik terdapat setelah
kalimat penuntun tersebut.
Contoh :
(1) Ringkasnya, tata bahasa meliputi 3 hal, yaitu
fonologi, morfologi, dan sintaksis.
(2) Fonologi berhubungan dengan studi tata bunyi,
morfologi mengenai tata kata, dan sintaksis membicarakan tata kalimat.
b.
Kalimat
Topik
Ada berbagai istilah yang sama maknanya dengan kalimat
topik. Dalam bahasa inggris, kita mengenal istilah-istilah, major point, main
idea, central idea, dan topic sentence. Keempat-empatnya bermakna sama
mengacu kepada pengertian kalimat topik. Dalam bahasa Indonesia, kita pun
mengenal istilah-istilah, seperti pikiran utama, pokok pikiran, ide pikiran, dan
kalimat pokok. Keempat-empatnya juga mengandung makna yang sama, yaitu mengacu
pada kalimat topik.
Kalimat topik adalah perwujudan pernyataan ide pokok
alinea dalam bentuk umum atau abstrak.
Contoh:
(1) Sial benar saya hari ini.
(2) Harga barang-barang bergerak naik.
Contoh ke-(1) menyatakan kesialan seseorang. Kesialan
tersebut baru berupa pernyataan abstrak yang harus diuraikan kedalam
contoh-contoh yang konkret. Demikian pula contoh ke-(2), harga barang naik masih
bersifat umum. Yang perlu diperjelas adalah berapa naiknya untuk setiap barang.
Dengan begitu, akan jelas pengertian yang terdapat pada kalimat topik.
Ada 4 kemungkinan letak kalimat topik dalam satu
alinea. Kemungkinan pertama, kalimat topik berada di awal alinea, segera
setelah transisi, kalau transisi ada pada alinea tersebut. Kemungkinan kedua, kalimat
topik berada di bagian akhir alinea. Kemungkinan ketiga, kalimat topik berada
di awal dan di akhir. Kemungkinan keempat, kalimat topik tersebar di seluruh
alinea.
Ciri
Kalimat Topik :
a.
Mengandung permasalahan yang
potensial untuk diuraikan lebih lanjut.
b.
Mengandung kalimat lengkap yang
dapat berdiri sendiri.
c.
Mempunyai arti yang jelas tanpa
dihubungkan dengan kalimat lain.
d.
Dapat dibentuk tanpa kata sambung
atau transisi.
c.
Kalimat
Pengembang
Sebagian besar, kalimat-kalimat yang terdapat dalam
suatu alinea termasuk kalimat pengembang.
Susunan kalimat pengembang tidak sembarangan. Urutan
kalimat pengembang sebagai perluasan pemaparan ide pokok yang bersifat abstrak
menuruti hakikat ide pokok. Pengembangan kalimat topik yang bersifat
kronologis, biasanya menyangkut hubungan antar benda atau kejadian dan waktu.
Urutannya masa lalu, kini, dan yang akan datang.
Bila pengembangan kalimat topik berhubungan dengan jarak
(spacial), hal ini biasanya menyangkut hubungan antar benda, peristiwa
atau hal, dan ukuran jarak. Urutannya dimulai dari jarak yang paling dekat,
lebih jauh, dan paling jauh. Bila pengembangan kalimat topik berhubungan dengan
sebab akibat, kemungkinan urutannya sebab dinyatakan lebih dahulu, lalu
diikuti akibatya. Atau sebaliknya, akibatnya dinyatakan pertama-tama baru
dipaparkan sebabnya. Penyusunan urutan kalimat pengembang yang berdasarkan
urutan nomornya dimulai dari kejadian pertama, kedua, ketiga dan seterusnya.
Contoh :
Pada pagi hari, suasana lingkungan rumah andi begitu
indah. Di sekitar rumah, berjejer pohon-pohon yang menambah keteduhan.
Sementara itu, kicau burung menambah semaraknya pagi itu. Di kejauhan, terlihat
gunung tangkuban perahu yang penuh misteri. Sungguh, pagi yang indah dan hangat.
Ciri
Kalimat Pengembang / Pendukung :
a.
Sering merupakan kalimat yang
tidak dapat berdiri sendiri.
b.
Arti kalimatnya baru jelas
setelah dihubungkan dengan kalimat lain dalam satu alinea.
c.
Pembentukannya sering memerlukan
bantuan kata sambung atau frasa penghubung atau kalimat transisi.
d.
Isinya berupa rincian,
keterangan, contoh, dan data lain yang bersifat mendukung kalimat topik.
d.
Kalimat
Penegas
Kalimat penegas adalah elemen alinea yang keempat dan
terakhir. Elemen pertama adalah transisi, elemen kedua adalah kalimat topik,
dan elemen ketiga adalah kalimat pengembang.
Fungsi kalimat penegas ada dua. Pertama, kalimat
penegas sebagai pengulang atau penegas kembali kalimat topik. Kedua, kalimat
penegas sebagai daya penarik bagi para pembaca atau sebagai selingan untuk
menghilangkan kejemuan.
Kedudukan kalimat penegas dalam suatu alinea tidak
bersifat mutlak. Kalimat penegas akan ada bila pengarang merasa memerlukannya
untuk menunjang kejelasan informasi. Kalimat penegas tidak akan ada bila
pengarang memandang kehadirannya tidak diperlukan. Selain itu, kalimat penegas
tidak akan ada bila pengarang merasa kejelasan informasi tidak terganggu tanpa
adanya kalimat penegas.
Bila kita bandingkan kedudukan kalimat penegas dengan
kedudukan kalimat topik dan kalimat pengembang, terdapat beberapa persamaan dan
beberapa perbedaan. Jumlah kalimat penegas dan kalimat topik sama. Makna yang
terkandung dalam kalimat penegas dan kalimat topik kurang lebih sama, tetapi
mungkin diutarakan dengan redaksi yang berbeda.
Eksistensi kalimat penegas tidak mutlak dalam suatu
alinea, sedang eksistensi kalimat topik dan kalimat pengembang bersifat mutlak
dalam setiap alinea. Makna yang terkandung dalam kalimat penegas dan kalimat
topik bersifat konkret sebagai penjabaran dari makna kalimat penegas dan
kalimat topik.
Paragraf terdiri atas kalimat
topik atau kalimat pokok dan kalimat penjelas atau kalimat pendukung. Kalimat
topik merupakan kalimat terpenting yang berisi ide pokok alinea. Sedangkan
kalimat penjelas atau kalimat pendukung berfungsi untuk menjelaskan atau
mendukung ide utama.
D.
SYARAT-SYARAT
ALINEA ATAU PARAGRAF
1. Kesatuan Paragraf
Sebuah paragraf dikatakan
mempunyai kesatuan jika seluruh kalimat dalam paragraf hanya membicarakan satu
ide pokok, satu topik atau satu masalah. Jika dalam sebuah paragraf terdapat
kalimat yang menyimpang dari masalah yang sedang di bicarakan, berarti dalam
paragraf itu terdapat lebih dari satu ide atau masalah.
2. Kepaduan Paragraf
Seperti halnya kalimat efektif,
dalam paragraf ini juga dikenal istilah kepaduan atau koherensi. Kepaduan
paragraf akan terwujud jika aliran kalimat berjalan mulus dan lancar serta
logis. Untuk itu, cara repetisi, jasa
kata ganti dan kata sambung, serta frasa penghubung dapat dimanfaatkan.
E.
JENIS-JENIS
ALINEA ATAU PARAGRAF
Paragraf memiliki banyak ragamnya. Untuk membedakan
paragraf yang satu dari paragraf yang lain berdasarkan kelompoknya, yaitu :
jenis paragraf menurut posisi kalimat topiknya, menurut sifat isinya, dan
menurut fungsinya dalam karangan.
1. Jenis Paragraf Menurut
Posisi Kalimat Topiknya
Kalimat yang berisi gagasan utama paragraf adalah
kalimat topik. Karena berisi gagasan utama itulah keberadaan kalimat topik dan
letak posisinya dalam paragraf menjadi penting. Posisi kalimat topik di dalam
paragraf yang akan memberi warna sendiri bagi sebuah paragraf. Berdasarkan
posisi kalimat topik, paragraf dapat dibedakan atas empat macam, yaitu :
paragraf deduktif, paragraf induktif, paragraf deduktif-induktif, paragraf
penuh kalimat topik.
a. Paragraf Deduktif
Adalah paragraf yang letak kalimat pokoknya ditempatkan
pada bagian awal paragraf, yaitu paragraf yang menyajikan pokok permasalahan
terlebih dahulu, lalu menyusul uraian yang terinci mengenai permasalahan atau
gagasan paragraf (urutan umum-khusus).
Contoh:
"Olahraga
akan membuat badan kita menjadi sehat dan tidak mudah terserang penyakit. Fisik
orang yang berolahraga dengan yang jarang atau tidak pernah berolahraga sangat
jelas berbeda. Contohnya jika kita sering berolahraga fisik kita tidak mudah
lelah, sedangkan yang jarang atau tidak pernah berolahraga fisiknya akan cepat
lelah dan mudah terserang penyakit."
b. Paragraf Induktif
Bila kalimat pokok ditempatkan pada akhir paragraf
akan terbentuk paragraf induktif, yaitu paragraf yang menyajikan penjelasan terlebih
dahulu, barulah diakhiri dengan pokok pembicaraan.
Contoh:
"Pak Sopian memiliki kebun kakao seluas 1 hektar.
Tetangganya, Pak Gatot, juga memiliki kebun kakao seluas 1 hektar. Adik Pak
Gatot, Ali Bashya, malah memiliki kebun kakao yang lebih luas daripada
kakaknya, yaitu 2,5 hektar. Tahun ini merupakan tahun ketiga bagi mereka
memanen kakao. Seperti mereka, dari 210 penduduk petani di Desa Sriwaylangsep,
175 kepala keluarga berkebun kakao. Maka, tidaklah heran apabila Desa
Sriwaylangsep tersebut dikenal dengan Desa Kakao.
c. Paragraf Deduktif-Induktif
Bila kalimat pokok ditempatkan pada bagian awal dan
akhir paragraf, terbentuklah paragraf deduktif-induktif. Kalimat pada akhir
paragraf umumnya menjelaskan atau menegaskan kembali gagasan utama yang terdapat
pada awal paragraf.
2. Jenis Paragraf Menurut Sifat Isinya
Menurut
sifat isinya paragraf dapat digolongkan atas lima macam, yaitu :
a. Paragraf Persuasif
Paragraf persuasif adalah paragraf yang mempromosikan
sesuatu dengan cara mempengaruhi atau mengajak pembaca. Paragraf persuasif
banyak dipakai dalam penulisan iklan, terutama majalah dan Koran. Sedangkan
paragraf argumentasi, deskripsi, dan eksposisi umumnya dipakai dalam karangan
ilmiah seperti buku, skripsi makalah dan laporan. Paragraf naratif sering
dipakai untuk karangan fiksi seperti cerpen dan novel.
Contoh :
“Marilah kita membuang sampah pada tempatnya, agar
lingkungan kita bebas dari banjir dan bebas dari penyakit yang disebabkan oleh
sampah-sampah yang dibuang tidak pada tempatnya. Oleh karena itu, perlu kesadaran
pada diri kita masing-masing untuk membuang sampah pada tempatnya.
b. Paragraf Argumentasi
Paragraf argumentasi adalah paragraf yang membahas satu masalah dengan
bukti-bukti alasan yang mendukung.
Contoh :
“Menurut Ketua panitia, Derrys Saputra, mujur
merupakan kegiatan rutin yang diselenggarakan oleh HMTK untuk memilih ketua dan
wakil HMTK yang baru. Bersamaan dengan berakhirnya masa jabatan kepengurusan
HMTK periode 2008-2009, maka sebagai penggantinya dilakukan mujur untuk memilih
ketua dan wakil HMTK yang baru untuk masa kepengurusan 2009-20010.”
c. Paragraf Naratif
Paragraf naratif adalah paragraf yang menuturkan peristiwa atau keadaan
dalam bentuk data atau cerita.
Contoh :
“Pada game pertama, Kido yang bermain dengan lutut
kiri dibebat mendapat perlawanan ketat Chai/Liu hingga skor imbang 16-16. pada
posisi ini, Kido/Hendra yang lebih berpengalaman dalam berbagai kejuaraan
memperlihatkan keunggulan mereka.”
d. Paragraf Deskritif
Paragraf deskriptif adalah
paragraf yang melukiskan atau menggambarkan sesuatu dengan bahasa.
Contoh :
“Kini hadir mesin cuci dengan desain bunga chrysant
yang terdiri dari beberapa pilihan warna, yaitu pink elegan dan dark red untuk
ukuran tabung 15 kg. Disamping itu, mesin cuci dengan bukaan atas ini juga
sudah dilengkapi dengan LED display dan tombol-tombol yang dapat memudahkan
penggunaan. Adanya fitur I-sensor juga akan memudahkan proses mencuci”.
e. Paragraf Eksposisi
Paragraf eksposisi adalah paragraf yang memaparkan
sesuatu fakta atau kenyataan kejadian tertentu.
Contoh :
“Rachmat Djoko Pradopo lahir 3 November 1939 di
Klaten, Jawa Tengah. Tamat SD dan SMP (1955) di Klaten, SMA II (1958) di
Yogyakarta. Masuk Jurusan Sastra Indonesia Universitas Gadjah Mada, tamat
Sarjana Sastra tahun 1965. pada tahun 1978 Rachmat mengikuti penataran sastra
yang diselenggarakan oleh Pusat Bahasa Jakarta bersama ILDEP dan terpilih untuk
melanjutkan studi di Pascasarjana Rijkuniversiteit Leiden, Nederland, tahun
1980-1981, di bawah bimbingan Prof. Dr. A. Teeuw”.
3. Jenis Paragraf Menurut Fungsinya dalam
Karangan
Menurut fungsinya, paragraf dapat dibedakan menjadi 3,
yaitu:
a. Paragraf Pembuka
Bertujuan mengutarakan suatu aspek pokok pembicaraan
dalam karangan. Sebagai bagian awal sebuah karangan, paragraf pembuka harus di
fungsikan untuk:
1. Menghantar
pokok pembicaraan;
2. Menarik
minat pembaca;
3. Menyiapkan
atau menata pikiran untuk mengetahui isi seluruh karangan;
Setelah memiliki ketiga fungsi tersebut diatas dapat
dikatakan paragraf pembuka memegang peranan yang sangat penting dalam sebuah
karangan. Paragraf pembuka harus disajikan dalam bentuk yang menarik untuk
pembaca. Untuk itu bentuk berikut ini dapat dimanfaatkan sebagai bahan menulis
paragraf pembuka, yaitu:
1. Kutipan,
peribahasa, anekdot
2. Pentingnya
pokok pembicaraan
3. Pendapat
atau pernyataan seseorang
4. Uraian
tentang pengalaman pribadi
5. Uraian
mengenai maksud dan tujuan penulisan
6. Sebuah
pertanyaan
b. Paragraf Pengembang
Bertujuan
mengembangkan pokok pembicaraan suatu karangan yang sebelumnya telah dirumuskan
dalam alinea pembuka. Dalam karangan, paragraf ini dapat difungsikan untuk:
1. Mengemukakan
inti persoalan
2. Memberikan
ilustrasi
3. Menjelaskan
hal yang akan diuraikan pada paragraf berikutnya
4. Meringkas
paragraf sebelumnya
5. Mempersiapkan
dasar bagi simpulan.
c. Paragraf Penutup
Paragraf ini berisi simpulan bagian karangan atau
simpulan seluruh karangan. Paragraf ini sering merupakan pernyataan kembali
maksud penulis agar lebih jelas. Mengingat paragraf penutup dimaksudkan untuk
mengakhiri karangan. Penyajian harus memperhatikan hal sebagai berikut :
1. Sebagai bagian penutup, paragraf ini tidak boleh
terlalu panjang
2. Isi paragraf harus berisi simpulan sementara atau
simpulan akhir sebagai cerminan inti seluruh uraian
3. Sebagai bagian yang paling akhir dibaca, disarankan
paragraf ini dapat menimbulkan kesan yang mendalam bagi pembacanya.
F.
PENGEMBANGAN
ALINEA ATAU PARAGRAF
Pengembangan
paragraf mencakup dua hal
:
a. Kemampuan
memerinci secara maksimal gagasan utama alinea ke dalam gagasan-gagasan
bawahan;
b. Kemampuan
mengurutkan gagasan-gagasan bawahan ke dalam suatu urutan yang teratur.
Pengembangan paragraf sangat berkaitan erat
dengan posisi kalimat topik karena
kalimat topiklah yang mengandung inti permasalahan atau ide utama paragraf.
Pengembangan paragraf deduktif misalnya, yang menempatkan ide atau gagasan
utama pada awal paragraf, pasti berbeda dengan pengembangan paragraf induktif
yang merupakan kebalikan dari paragraf deduktif. Demikian juga dengan tipe
paragraf yang lainnya.
Selain
kalimat topik, pengembangan paragraf berhubungan pula dengan fungsi paragraf
yang akan dikembangkan : sebagai paragraf pembuka, paragraf pengembang, atau
paragraf penutup. Fungsi tersebut akan mempengaruhi pemilihan metode
pengembangan karena misi ketiga paragraf tersebut dalam karangan saling
berbeda.
Metode
pengembangan paragraf akan bergantung pada sifat informasi yang akan
disampaikan, yaitu: persuasif, argumentatif, naratif, deskriptif, dan
eksposisi. Metode tersebut sudah pasti digunakan untuk mengembangkan alinea
argumentatif, misalnya akan berbeda dengan naratif.
Setelah
mempertimbangkan faktor tersebut barulah kita memilih salah satu metode
pengembangan paragraf yang dianggap paling tepat dan efektif. Diantaranya:
1. Metode Definisi
Yang dimaksud dengan definisi adalah usaha penulis
untuk menerangkan pengertian atau konsep istilah tertentu. Untuk dapat
merumuskan definisi yang jelas, penulis hendaknya memperhatikan klasifikasi
konsep dan penentuan ciri khas konsep tersebut. Satu hal yang perlu diingat
dalam membuat definisi, kita tidak boleh mengulang kata atau istilah yang kita
definisikan di dalam teks definisi itu.
2. Metode Proses
Sebuah paragraf dikatakan memakai metode proses
apabila isi alinea menguraikan suatu proses. Proses ini merupakan suatu urutan
tindakan atau perbuatan untuk menciptakan atau menghasilkan sesuatu. Bila
urutan atau tahap-tahap kejadian berlangsung dalam waktu yang berbeda, penulis
harus menyusunnya secara runtut (kronologis). Banyak sekali peristiwa atau
kejadian yang prosesnya berbeda satu sama lainnya. Proses kerja suatu mesin
misalnya, tentu berbeda sangat jauh dengan proses peristiwa sejarah.
3. Metode Contoh
Dalam karangan ilmiah, contoh dan ilustrsi selalu
ditampilkan. Contoh-contoh terurai, lebih-lebih yang memerlukan penjelasan
rinci tentu harus disusun berbentuk paragraf.
4. Metode Sebab-Akibat
Metode
sebab-akibat atau akibat-sebab (kausalitas) dipakai untuk menerangkan suatu
kejadian dan akibat yang ditimbulkannya, atau sebaliknya. Faktor yang
terpenting dalam metode kausalitas ini adalah kejelasan dan kelogisan. Artinya,
hubungan kejadian dan penyebabnya harus terungkap jelas dan informasinya sesuai
dengan jalan pikiran manusia. Metode kausalitas atau sebab-akibat umumnya
tampil di tengah karangan yang berisi pembahasan atau analisis. Sifat
paragrafnya argumentatif murni atau dikombinasikan dengan deskriptif atau
eksposisi.
5. Metode Umum-Khusus
Metode umum-khusus atau khusus-umum paling banyak
dipakai untuk mengembangkan gagasan paragraf agar tampak teratur. Bagi penulis
pemula, belajar menyusun paragraf dengan metode ini adalah yang paling
disarankan. Pertimbangannya, di samping mengembangkan urutan umum-khusus
relatif lebih gampang, juga karena model inilah yang paling banyak dipakai
dalam karangan ilmiah dan tulisan eksposisi seperti arikel dalam media massa.
6. Metode Klasifikasi
Bila kita akan mengelompokkan benda-benda atau non
benda yang memiliki persamaan ciri seperi sifat, bentuk, ukuran, dan lain-lain,
cara yang paling tepat adalah dengan metode klasifikasi. Klsifikasi sebenarnya
bukan khusus untuk persamaan faktor tersebut di atas, tetapi juga untuk
perbedaan. Namun, pengelompokkan tidak berhenti pada inventarisasi persamaan
dan perbedaan. Setelah dikelompokkan, lalu dianalisis untuk mendapatkan
generalisasi, atau paling tidak untuk diperbandingkan atau dipertentangkan satu
sama lainnya.
BAB
III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Ditinjau dari segi kalimat dan ide
yang terkandung di dalamnya, alinea dapat didefinisikan sebagai berikut. Alinea
adalah seperangkat kalimat yang mengandung sekelompok ide yang saling berkaitan
dan bernaung di bawah satu ide pokok. Ditinjau dari segi penampilannya dalam
suatu wacana, alinea adalah bagian wacana yang ditandai oleh baris pertama yang
menjorok ke dalam atau oleh jarak spasi yang lebih dari jarak spasi baris
kalimat-kalimat lainnya.
Berdasarkan penempatan ide pokok pada alinea, alinea
dibagi menjadi 4 jenis yaitu alinea deduktif, alinea induktif, alinea campuran,
dan alinea deskriptif. Dan berdasarkan cara mengembangkan ide dan alat bantu
yang digunakan untuk menjaga kesinambungan pengungkapan ide atau keruntunan ide
dapat dibagi dalam sepuluh bagian, diantaranya alinea definisi, alinea contoh, alinea
perbandingan, alinea analogi, alinea klimaks atau induktif, alinea anti klimaks
atau deduktif, alinea campuran, alinea sebab-akibat, alinea proses, dan alinea
deskriptif.
Untuk
menyusun alinea secara logis-sistematis diperlukan alat bantu berupa
unsur-unsur penyusun alinea, seperti transisi (transition), kalimat
topik (topic sentence), kalimat pengembang (development sentence),
dan kalimat penegas (punch-line) keempat unsur penyusun alinea
tersebut, terkadang muncul secara bersamaan, terkadang pula hanya sebagian yang
muncul dalam sebuah alinea.
Cara menyusun alinea yang baik :
Pertama, kita harus menentukan
jenis paragraf apakah yang ingin kita buat. Kita bisa memilih jenis paragraf
sesuai dengan apa yang kita inginkan. Kedua, kita harus tahu syarat-syarat apa
saja yang harus ada ketika ingin membuat sebuah alinea atau paragraf. Syarat
yang mutlak, yang harus kita perhatikan ketika membuat sebuah alinea atau
paragraf adalah kesatuan dan kepaduan atau koherensi. Maksud dari kesatuan
paragraf adalah sebuah alinea harus membahas satu masalah atau satu ide pokok,
tidak keluar jalur dari ide pokok yang ada. Jika keluar dari ide pokok yang
ada, berarti didalam kalimat tersebut terdapat lebih dari satu ide pokok atau
lebih dari satu masalah. Sedangkan maksud dari kepaduan atau koherensi adalah
hubungan antara kalimat yang satu dengan kalimat yang lain harus lah
menyambung. Koherensi kalimat dapat dibangun dengan memperhatikan unsur
kebahasan, perincian dan urutan isi paragraf, dan kelengkapan. Ketiga, kita
bisa memulai untuk membuat kalimat topik, menambahkan transisi (tergantung
kebutuhan dalam membuat sebuah alinea), kalimat penegas dan kaimat pendukung.
Dan terakhir, kita bisa mengembangkan alinea yang telah kita buat menjadi
sebuah karangan yang sudah direncanakan sebelumnya dengan metode yang sesuai
dengan apa yang kita butuhkan dalam membuat karangan tersebut.
B.
SARAN
Karya yang kami susun ini
bukanlah karya yang sempurna tapi sesuatu yang lahir dari kerja keras. Tentunya
kerja keras penyusun bukan tanpa kekurangan hasilnya ini. Maka kami senantiasa
mengharapkan masukan dan kritikan rekan-rekan pembaca, dan mudah-mudahan rekan-rekan
semua dapat menggali terus konsep mengenai alinea atau paragraf agar kita dapat
menambah wawasan dan ilmu pengetahuan tentang hal tersebut. Mudah-mudahan
dengan terciptanya makalah ini khususnya bagi penyusun umumnya untuk para
pembaca bisa mengembangkan atau membuat sebuah alinea yang baik berdasarkan
kriteria yang ada.
DAFTAR PUSTAKA
·
Depdiknas.
2002. Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi
Ketiga. Jakarta: Depdiknas.
·
Nazar,
Noerzisri A. 2004. Bahasa Indonesia dalam
Karangan Ilmiah. Bandung: Humaniora Utama Press.
·
Tarigan,
Djago. 2009. Membina Keterampilan Menulis
Paragraf dan Pengembangannya. Bandung: Angkasa.
·
Wiyanto,
Asul. 2006. Terampil Menulis Paragraf. Grasindo.